Karawitan merupakan salah satu jenis (genre) seni pertunjukan Jawa tradisional, memiliki beberapa elemen meliputi rombongan/group (pengawit, pesindhen/suarawati), peralatan (gamelan), penanggap dan atau penonton.
Karawitan secara tradisi menggunakan seperangkat gamelan laras slendro dan pelog yang sebagian besar terdiri atas instrumen pukul (perkusi) dari perunggu dan sebagian kecil instrumen gesek , tiup, dan petik. Instrumen-instrumen pukul yang terbuat dari bahan perunggu terdiri atas kemanak, gender, slentem, saron,bonang, ketuk, kenong, kempul, dan gong. Instrumen pukul terbuat dari bahan kayu yakni gambang, sedangkan instrumen pukul yang terbuat dari bahan kayu dan kulit adalah kendang. Instrumen tiup yang terbuat dari dua dawai yaitu rebab, serta instrumen petik terdiri atas 13 dawai kembar (double) adalah siter dan celempung.
Instrumen-instrumen itu dimainkan oleh penabuh yang biasa disebut dengan pengrawit. Kecuali pengrawit, dalam rombongan karawitan terdapat pula sejumlah wirasuara (vokalis laki-laki) dan suarawati atau pesindhen (vokalis perempuan). Instrumen gamelan yang berjumlah tidak kurang dari 20 jenis dewasa ini dalam keperluan karawitan pakeliran, kadang oleh dalang masih ditambah beberapa instrumen perangkat musik Barat seperti cymbal, drum, keyboard, terompet, dan biola. Hal itu digunakan manakala membunyikan lagu-lagu Campursari dan lagu-lagu di luar tradisi karawitan.
Karawitan secara tradisional berfungsi sebagai sarana ritual, hiburan, hayatan, dan komunikasi. Sebagai sarana ritual, ruwatan merupakan salah satu bentuk untuk penyucian ritual guna mencegah kejahatan atau penyakit. Kecuali ruwatan, sebagai sarana ritual karawitan juga dapat digunakan untuk menyambut kelahiran putra raja, untuk penobatan raja, dan segala bentuk upacara. Fungsi kedua karawitan yakni sebagai hiburan. Karawitan sebagai hiburan biasanya dikaitkan dengan berbagai keperluan seperti hari jadi kota tertentu atau lembaga tertentu, khitan, mantu, seribu hari orang meninggal. Dan hari kelahiran seseorang. Fungsi hiburan ini diperuntukkan bagi para penonton yang diundang oleh si empunya kerja.
Fungsi ketiga dari karawitan yakni fungsi hayatan. Pertunjukan ini biasanya memerlukan garapan serius, karena penonton yang ada umumnya membeli tiket menuntut adanya sajian yang bermutu. Biasanya penonton pertunjukan ini dari kalangan menengah ke atas, seperti para elit nasional, para bangsawan (dahulu), para pengusaha, para karyawan perusahaan, dan para pedagang. Secara naluriah, mereka memiliki perilaku estetik, oleh karenanya mereka ingin menikmati tontonan yang berkualitas yang dapat dinikmati kapan saja dan dimana saja.
Fungsi keempat dari karawitan yakni sebagai sarana komunikasi. Lewat sarana komunikasi ini, kaum elit yang berkuasa dapat menyebarkan ide-ide, kepercayaan, dan sistem norma.
(to be continue)J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar